Selasa, 25 September 2012

Cara Menetaskan Telur Dalam Mesin Penetas


Menetaskan telur-telur ayam serama dengan menggunakan mesin tetas (incubator) adalah salah satu alternatif untuk meningkatkan produktivitas anakan ayam serama, disamping itu mesin tetas dapat berfungsi sebagai pengganti indukan ayam serama betina yang terkadang tidak mau mengerami telurnya. 

       Saya melihat pengalaman dari seorang teman peternak ayam serama di Balikpapan yang menggunakan mesin tetas untuk menetaskan telur-telur serama ternyata banyak membantu dalam mengembangkan anakan serama, dari seluruh telur-telur yang ditetaskan sekitar 50-70% yang berhasil menetas dengan sempurna. Dia menuturkan factor kegagalan penetasan telur terletak pada ketepatan dalam pengaturan suhu ruang mesin tetas, kelembaban udara didalam mesin tetas, dan ketepatan dalam memutar posisi telur-telur yang ditetaskan. Lebih lanjut teman saya mengatakan bahwa telur-telur ayam serama lebih sensitive daripada telur-telur ayam kampung.

       Dari pengalaman diatas, agar hasil tetasan telur ayam serama dapat berhasil dengan optimal disini saya coba uraikan tahapan cara menetaskan telur ayam serama dengan menggunakan mesin tetas, dari hari ke-1 sampai hari ke-21.

1.
 Hari ke-1:

Setelah sumber pemanas dihidupkan, pintu dan lubang ventilasi dari mesin penetas ditutup rapat, jangan sekali-kali mencoba membukanya dan suhu tetap dipertahankan 101°F (38,33°C). Aturan-aturan ini berlaku dalam jangka waktu 48 jam atau Selama dua hari berturut-turut untuk menekan seminimal mungkin perubahan temperatur udara.
2.
 Hari ke-2:
Mesin tetas tetap dalam kondisi tertutup rapat, sementara suhu ruangan sama seperti pada hari pertama.
3.
 Hari ke-3:
Mulai dilakukan pemutaran telur dengan menggerakkan handle rak putar ke depan atau kebelakang. Pemutaran telur dilakukan supaya seluruh bagian telur mendapatkan panas secara merata. Hal ini sangat berguna untuk meningkatkan daya tetas. Kegiatan pemutaran dikerjakan dua atau tiga kali dalam sehari, masing-masing pada pukul 07.00, dan 19.00, atau pukul 07.00, 12.00 dan 19.00. Pemutaran telur dilakukan secara rutin setiap hari mulai hari ketiga sampai hari ke17 dengan frekuensi yang sama.

4.
 Hari ke-4:

Kegiatan yang dilakukan meliputi pemutaran, dan pembukaan lubang ventilasi selebar 1/4 bagian dan peningkatan suhu mesin penetas menjadi 102°F (3 8,8°C). Baki perlu diperiksa, apakah air yang ada di dalamnya masih cukup atau tidak.
 Hari ke-5:

Kegiatan sama seperti hari ke-4, hanya saja lubang ventilasi dibuka selebar 1/2 bagian.

6.
 Hari ke-6:

Lubang ventilasi dibuka 3/4 bagian. Mengenai kegiatan, semuanya masih sama seperti han ke-5.

7.
 Hari ke-7:

Pemutaran telur tetap diläkukan tiga kali sehari. Pada malam hari mulai melakukan peneropongan telur (candling) untuk mengetahui keadaan di dalam telur. Mengapa harus malam hari? Sebab, pada waktu itulah peneropongan dapat dilakukan secara maksimal mengingat kondisinya yang berlawanan dengan sinar atau pencahayaan alat teropong. Bisa saja hal ini dilakukan pada waktu siang, hanya saja akurasi pengamatan lebih rendah daripada malam hari. Melalui peneropongan tersebut akan diketahui telur yang fertil, telur kosong (infertil) dan kematian embrio di dalam telur

Telur yang fertil dimasukkan kembali ke rak tetas, sedangkan telur yang embrionya mati harus segera disingkirkan. Telur kosong masih dapat dimanfaatkan sebagai telur konsumsi. Suhu dalam mesin penetas tetap dipertahankan 102°F (38,88°C), namun lubang ventilasi dibuka seluruhnya.

8.
 Hari ke-8:

Kegiatan masih berkisar pada pemutaran, seperti yang dilakukan pada hari-hari sebelumnya. Demikian pula mengenai lubang ventilasi yang tetap dibuka seluruhnya. Memasuki hari kedelapan, suhu penetasan ditingkatkan menjadi103°F (39,44°C)

9.
 Hari ke-9 sampai hari ke-13

Seluruh kegiatan sama dengari hari ke-8.

10. Hari ke-14:

Pada hari ke- 14, kembali dilakukan peneropongan telur untuk mengetahui keadaan embrio di dalamnya. Embrio yang mati di dalam telur langsung dikeluarkan, sehingga rak tetas hanya diisi telur dengan bibit yang masih hidup saja. Namun jika masih ragu-ragu sebaiknya telur tetap biarkan dalam mesin tetas sampai hari yang ke 21, karena pada hari ke 14 ini sulit membedakan embrio yang hidup dan tidak, karena sama-sama tidak bergerak. Selain peneropongan, semua kegiatan pada han ke- 14 ini sama dengan hari ke-13.

11.
 Hari ke-15:

Telur-telur tetas tetap diputar 3 kali sehari. Suhu masih 103°F (39,44°C) dan lubang ventilasi juga tetap dibuka seluruhnya.
embrio semakin besar

12.
 Hari ke-16 sampai hari ke-17

Sama dengan kegiatan pada han ke-15.

13.
 Hari ke-18:

Kegiatan pemutaran masih dilakukan, tetapi sesudahnya tidak boleh dilakukan lagi hingga telur menetas. Memasuki hari ke-18 sampai 21, telur mengalami masa kritis yang pada saat tersebut embrio mengalami perubahan yang sangat cepat untuk menjadi anak ayam. Beberapa organ tubuh mulai tumbuh sempurna, sehingga cukup peka terhadap perubahan temperatur udara luar. Suhu dalam ruangan mesin tetas ditingkatkan menjadi 104°F(40°C).

14.
 Hari ke-19:

Sebagian telur mulai retak. Pada saat seperti ini ruangan mesin penetas membutuhkan kelembaban yang lebih tinggi daripada hari- hari sebelumnya.Untuk menciptakan suasana tersebut, kita dapat menambah volume air pada baki. Suhu masih 104°F (40°C) dan lubang ventilasi tetap terbuka

15.
 Hari ke-20 dan ke-21:

Seperti hari ke- 18 dan 19, maka pada hari ke-20. Suhu dipertahankan pada skala 104°F (40°C). Proses pecahnya kulit telur terjadi pada hari ke-20 dan ke-2 1. Anak ayam melalui paruhnya menekan ujung tumpul yakni rongga udara, kemudian memperpanjang diri dan menggelembung. Akibatnya, kulit telur menjadi sobek dan lama-kelamaan akan pecah. Dengan kekuatan sedikit demi sedikit, ujung tumpul tadi akan terangkat dan kepala anak ayam tersebut menyembul keluar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar